Minggu, 01 November 2009

November yang Selalu Tak Sama



entah 

mungkin hanya angka yang akan aku tiduri malam ini. kata telah tenggelam di kolam dengan bayang bulan penuh bundar tergambar. tak ada seulas senyum, tak pun tetes rimbun air mata menitik membentuk hujan baru

november selalu tak sama,
bukankah itu bulan kita menaut nama? nama itu merangkai kata yang kita beri penanda. tapi tentu saja itu terserak pada jalur gemintang yang selalu berubah sesuai edar. tak ada yang sama. tak pun rasaku.

entah
mungkin hanya wajah serupa raut yang memucat tak merasai apa-apa, selain layar yang berkedap-kedip nyalang mencari bayang kemudian hilang. seperti laut yang kau puja menyentak karang hempas, hanya terkikis dan tak goyah. dan aku bukan laut, aku manusia tak tegar seperti laut menaungi kelok keluk gelombang, ayomi tripang dasar lautan.

november selalu tak sama,
bila hari ini ada cerita yang berbeda, aku yakin akan seperti itu di tahun berikutnya. dan canda kita hanya seperti gelitik angin pada ilalang, mungkin mampu menyentuh pucuk-pucuk. namun angin selalu menyerahkan benang sari pada putik. tak akan angin khianat setubuhi sendiri alur itu.

entah
dan seperti perjalanan kita yang tak tentu awal tak tahu akhir. biarlah larut pada nyanyian racauan penghujan yang belum datang. aku yakin hujan pasti datang. namun mungkin aku salah membacai musim, salah menera masa berbunga. dan kelopak-kelopak telah berguguran kering, sebelum hujan datang. panas dan tak terselamatkan.

november selalu tak sama
dan biarlah menjadi seperti itu, karena hujan di bulan apapun akan tetap masih selalu ditunggu. kemarau pun masih menyajikan janji tak akan jadi perkasa. bukankah november selalu menyisakan sesuatu yang menakjubkan? setelah keberanian yang diumbar di september, kini adalah masa membebaskan...

maka, 
aku menjadi tak peduli akan seperti apa, pada cuaca, pada kata, pada langit dan pada bumi yang datang di bulan november. apapun itu, terimakasih karena mereka membuat gantungan-gantungan bajuku penuh, saputangan-saputanganku tidak percuma, tungku-tungku ku mengepul air matang yang dijerang dari sumber api matahari.

dan, tentu saja masih...
seperti setiap kedatangan november yang selalu tak pernah sama. cinta datang dan pergi tak pernah sia-sia

Tidak ada komentar: