Selasa, 09 Februari 2010

Lewat Tengah Malam : Kenangan mencari jalan pulang

kepada malam yang menelikungku dengan sepi
fajar yang tak lagi memberikan jingga matari
robeklah dada-dada pagi dengan abu-abu mu yang pekat
curahkan hujan dengan warna amis darah dari luka ku

kemudian kotak-kotak tergeletak begitu saja
tisu-tisu terburai dari kedalaman perutnya
ia melumat titik titik airmata
menitis lelah dari kedua binar pelupuk retina
: sebuah tangis paling sunyi

ia mencari otak kenangan yang terlupa
kemana pergi?
dimana?

dan ia hanya mendapati siluet wajah memeram bisu
sebuah tanya melulu terhembus dari lubang waktu
sampai kapan kau angkuh menjemput peluk lekuk tubuhku

sampai mana tadi aku meracau?
ya, kau telah mengingatkanku akan lembar memori karam

dunia telah menjadikan kita seperti boneka
memesan sendiri peti mati dan keranda
melumuri tubuh dengan wangi dupa
kemudian mengalungkan sela leher
rangkaian melati yang tak pernah layu

ahhh...
betapa wangi kenangan telah menganestesi kita
menutup pori-pori simpatetik kita
begitu kejam memutilasi tubuh kita
merajangnya menggelambir suwir-suwir teramat kecil

hingga ini mungkin bagian yang membuatmu tertawa pias
ruh-ruh kita akan berjalan sendiri tanpa raga
: dan sepi...

sby, 10022010

Selasa, 02 Februari 2010

Sebuah Surat yang Terkirim di Bulan Januari



: lelaki-ku


sebuah februari yang sama akan datang bukan?

meninggalkan januari yang membuat kita mengelebat dalam peluk dan kecup yang kau kalungkan menjelang aku lelap. beberapa kenangan usang yang mengintip di sela-sela lubang angin dan selampitan jendela kamar mencoba menerobos masuk menunggangi dingin yang datang bersamaan dengan angin dan musim penghujan yang tak pernah kering di bulan itu.

sebuah februari yang sama akan datang bukan?

meninggalkan januari yang membuat kita menjadi satu, kemudian luluh bersama (lagi-lagi) bersama hujan yang tak henti mengucur dari rindu awan yang menggantung. itu rinduku, hanya rinduku mungkin. dan sama sekali kau tidak memperdulikannya. kau takut pada hujan yang mengguyur setiap penghujan. mungkin kau takut hujan itu akan melumerkan batu di hatimu menjadi keping-keping yang teramat kecil, tak bisa kau rakit menjadi suatu monumen tugu kesombongan yang baru.

sebuah februari yang sama akan datang bukan?

meninggalkan januari yang seperti tahun lalu aku masih memendam ragu rindu yang kupikir tak mungkin bisa kupagutkan pada batu hatimu yang rentan akan cuaca, tak tahan akan iklim yang senantiasa berubah sekehendak hati sepanjang waktu. dan bukankah seperti demikian cuaca? layaknya perasaanku yang bisa berubah mencari celah mencoba masuk menyatu dalam raga batu hatimu.

sebuah februari yang sama akan datang bukan?

penanda rindu yang satu persatu aku tanggalkan dari dinding kusam kamarku. sebuah bulan tatkala aku masih sendiri dan kau tak ada di sana, menjagaku.

27012010

Sebuah Pesan Pendek Tanpa Satu Huruf pun di Dalam nya


ingin sekali aku mengirimkan sebuah pesan pendek kepadamu yang tidak berisikan satu cuil penanda huruf ataupun tanda didalamnya. hanya sebuah pesan pendek kosong tak bermakna.

itu adalah kebekuan yang aku kirimkan padamu lewat sebuah pesan. kebekuan yang selama ini terkirim lewat angin akibat pertengkaran kita yang setelah berhari-hari tiada mengumbar kata secuil pun di dalamnya.

sejujurnya, aku tidak mengharap secuil huruf pun di dalam nya ketika kau membalasnya. aku hanya ingin kau mengirim kebekuan yang sama. sebuah kebekuan yang kita alami setelah pergumulan diam yang paling hebat di sepanjang sejarah relasi kita.

sejujurnya, aku hanya ingin mengetahui apakah kau baik-baik saja dengan pergumulan itu dan apakah kebekuan itu mampu kita pecahkan bersama-sama suatu saat entah kapan sepanjang musim yang kau mau, sebatas jangka luasan dada kita mampu menahan perih yang selama ini kita peram bersama. dan apakah kebekuan itu akan lebur bersama sebuah kata pisah atau menyatu kembali dalam satu formula yang utuh.

29012010