kepada malam yang menelikungku dengan sepi
fajar yang tak lagi memberikan jingga matari
robeklah dada-dada pagi dengan abu-abu mu yang pekat
curahkan hujan dengan warna amis darah dari luka ku
kemudian kotak-kotak tergeletak begitu saja
tisu-tisu terburai dari kedalaman perutnya
ia melumat titik titik airmata
menitis lelah dari kedua binar pelupuk retina
: sebuah tangis paling sunyi
ia mencari otak kenangan yang terlupa
kemana pergi?
dimana?
dan ia hanya mendapati siluet wajah memeram bisu
sebuah tanya melulu terhembus dari lubang waktu
sampai kapan kau angkuh menjemput peluk lekuk tubuhku
sampai mana tadi aku meracau?
ya, kau telah mengingatkanku akan lembar memori karam
dunia telah menjadikan kita seperti boneka
memesan sendiri peti mati dan keranda
melumuri tubuh dengan wangi dupa
kemudian mengalungkan sela leher
rangkaian melati yang tak pernah layu
ahhh...
betapa wangi kenangan telah menganestesi kita
menutup pori-pori simpatetik kita
begitu kejam memutilasi tubuh kita
merajangnya menggelambir suwir-suwir teramat kecil
hingga ini mungkin bagian yang membuatmu tertawa pias
ruh-ruh kita akan berjalan sendiri tanpa raga
: dan sepi...
sby, 10022010
Selasa, 09 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar