Sabtu, 27 Juni 2009

Prolog - Epilog

biarkan saja catatan ini menjadi catatan pembuka yang mengakhiri pengumulan kita. pergumulan yang memberi isyarat bahwa antara kita pernah terjadi sebuah percakapan langit. percakapan langit yang mengarah pada suatu pertunjukan.

ada bulan yang memberi pendar cahaya petromak di panggung kita. kemudian di babak selanjutnya digantikan oleh matahari sebagai pusat dari segala titik lakon yang kita peraga di setiap pertunjukan itu. kemudian senarai bintang yang berlakon yakinilah hanya sebagai figuran. dan tentu saja kau yang menjadi tokoh utamanya.

coba masuki satu persatu setiap perlakonannya. kau bisa menjadi apa saja, bahkan kalau kau mau kau bisa saja menjadi pusat tata surya. bisa saja menjadi sutradara. bisa saja menjadi penyandang dana, yang tidak bisa dipungkiri kau adalah bintangnya, melebihi bintang manapun dalam kelebat pertunjukan itu.

yah... dan di setiap pertunjukan selalu saja akan dibacakan sebuah epilog. maka bolehkah aku membacakan epilog dari ku? sedikit saja, kumohon :

"cahaya itu adalah percik rona dari wajahmu. cahaya pertama membuka hari di saat aku terbangun dalam lelapku. rona jingga yang pertama"

kemudian biarlah deretan bintang-bintang yang aku yakin sinarnya imitasi tak semurni nyalamu, berganti-ganti menghuni sebagian atau beberapa adegan. bukankah seorang tokoh utama membutuhkan pendukung adegan yang sempurna?

dan selalu saja ada rona yang mengembang di setiap pergolakan bintang-bintang itu. iri mungkin? takjub barangkali? biarlah... toh itu tugas mereka.

maka di setiap akhir selalu akan ditampilkan sebuah epilog. menutup pertunjukan itu.

"dan inikah akhir jumpa kita. ada senyum mengembang di kelok bibirmu. dan aku harus memendam rindu pada malam pertunjukan berikutnya?"

sby, 280609

(catatan mbuh kah ra weruh!!)

Tidak ada komentar: