Minggu, 14 Juni 2009

Sepagi Kemarin, Sekarang dan Esok


: Jingga

sepagi adalah saat aku memutar playlist suara-suara angin yang jauh dan tiba-tiba menjadi menggigil. kadang kala aku berlagak menjadi pemusik memetik dawai fajar pada entah siapa yang secara tak sengaja turun dan singgah dalam dada. mungkin saat itu masih tertinggal jelarit jingga bekas subuh yang mengendap

aku tak pernah tahu hingga kapan pemberhentian sepagi ini akan menjadi pagi-pagi kemarin. saat aku menemu bidadari yang kemarin kutemu kemudian koyak dan hempas oleh masa.

padahal hampir saja aku mempersunting dengan nyala merah muda mawar beranda surga. nyaris saja ada sorak sorai karavan penjemput dengan syahdu shalawat melewati pagar kediamannya.

dan

tak seperti sepagi sebelumnya, aku menduga sepagi esok adalah sepagi yang merindu nyalangmu yang menyapaku hangat, sumbang lelucon puas dan mesra merengkuh kecup dan peluk rindu yang ku yakin masih kau tahan

Sby, 140609

2 komentar:

Johan Tampubolon mengatakan...

Bagaimana sebenarnya kamu memaknai cinta, kupu-kupu merah muda? Dengan kecemasan? Perpaduan angan dan kenyataan? atau kamu berusaha menerangi warna-nya?; atau, -malah- kamu menerima warna-nya sebagaimana ia hadir; sepudarnya ia; sekusamnya ia?

missy_butterfly mengatakan...

aq selalu berusaha menerima apapun, se-apa-ada-nya...

:)

benar2 indah ungkapannya Johan :)