Jumat, 12 Juni 2009

Sayang, Tentu Saja Aku Cemburu





: Jingga

dari tumpukan kertas-kertas tua biasanya aku berbicara tentang bahasa lamunan kita. lamunan yang biasanya akan membawa kita pada suatu percakapan. dan entah karena mungkin bahasa kita serapuh kertas tua itu maka percakapan kita akan mudah diterbangkan angin.

kemarin sewaktu kita menikmati sajian sambil membentangkan kertas-kertas tua kita, ada beberapa serpih puisi yang entah tergeletak begitu saja di sela halaman kertas-kertas tua kita. puisi itu tertulis dalam lontar yang aku tak pernah tahu bentuknya. sejak itu kau sama sekali tidak mau menjamah kertas-kertas tua kita. terpekur membacai alinea demi alinea kata dalam puisi itu.

biasanya saat kita bercakap-cakap, kau sorongkan kertas-kertas tua itu ke hadapan jengkal hidungku. "kecuplah, sayang! hidu!", teriak mu berulang-ulang. namun entah sekarang tiada. sekarang, kau hanya memiliki ruang sendiri antara kau dan puisi mu. kau bangun benteng sebuah ruang yang bahkan sebutir kedelai airmataku tak mampu merembes ke kedalamannya.

"Sayang, tentu saja aku cemburu!"

aku tahu puisi itu bukan kado... lalu kenapa? mungkin bisa saja aku cemburu pada puisi yang erat memelukmu, hingga aku ingin menikamnya perlahan-lahan.

sby, 120609

Tidak ada komentar: