Sabtu, 30 Mei 2009

Prek!!


kau katakan matahari sedang tidur, Jingga.
mana?
mana?


aku tidak melihat secarik selimutnya. biasanya ia sampirkan kelamnya di pojokan sana, dicantelkan di belakang pintu fajar.


entah lah. sepertinya kau lupa, Jingga. jendela-jendela yang lupa kau buka. sungguh aku sebenarnya lebih merindu bias bulan. bias bulan yang kemudian menyelusup dari sela kaca. bias bulan yang sama jingga nya seperti mu


tapi kau seakan-akan selalu hadir di tiap penghujungnya. layaknya bimbang, yang entah kau tak mau jadi malam, segan menjadi terik atau entah kau tak memilih keduanya.


dan layaknya setiap jumpa dan pisah, kau selalu tak pernah mengucap salam. pagi kek? siang kek? malam kek? sehingga aku tak tahu, kau ini bagian dari apa.


prek!! mungkin kita bukan cahaya apapun. dan mungkin kau bukan Jingga seperti lukisan-lukisan sketsa yang kusangka telah kudekap sebelumnya.


ah, prek!!

sby,310609


Kamis, 28 Mei 2009

Pot-Pot Gua Ungu


: Gita Pratama


tak pernah ada yang menyalahkan kita bukan?
ketika kita belajar bercanda bersama jingga
yang memainkan pendulum rindu kemarin
ketika saling mengurai lembar rindu putih-abu
kita melepas kelakar lugu pada lutut hingga kaki


tak pernah ada yang menyalahkan kita bukan?
bila ada pot-pot yang kita beri nama satu-satu
kemudian kita serak berceceran di gua ungu
: mantan kenangan kita


dan mengalirlah otak kita sejalan dengannya
semacam lelehan magma yang kita pendam di dada
yang tanpa otak pun kita selalu bermain rasa
yang tanpa rasa pun kita bermain dengan curiga


mungkin pot-pot tua yang terlanjur kita serak
jungkir balik, gulung-koming, remuk
dan entah mungkin terlanjur tersihir oleh
manekin-manekin anjing di ranjangmu
kita kemudian berubah menjadi anjing-anjing lain
: entah itu manekin, entah itu bukan
siapa yang tahu?


biasanya kita akan meleleh
bila kau mulai menyedot dalam obat paru-paru
dan aku mengemut racun jinggaku
sruuuttt.....
lega


kita bukan sepasang anjing yang bercinta
entah aku sendiri tak tahu kapan kita bersenggama
atau kita terlanjur muak dengan senggama?
mengkocar-kacirkan sembab layaknya film india, katamu


seperti yang telah lalu
tak ada lagi sembab (mungkin)
setidaknya untuk satu dua jam kedepan
saat kita mulai mengucap salam
"Pagi, tuan-tuan anjing!"
"Dan silakan bercinta dengan kami"


kemudian berderailah tawa kita
"Cuma segini?"


Senin, 25 Mei 2009

Pementasan Belum Ada Judul



: Jingga


ada tarian yang coba kau legongkan pada malam-malam fajarku. duh, ada saja yang kau coba liukkan sebelum aku menutup mata kuyup basah atas rindu yang melaut.


ada senandung yang kau lantunkan dari tanah bernama jingga yang basah atas bulir hujanmu malammalam kemarin. duh, ada saja bait-bait lirik yang kau selipkan dalam sela tidurku, sementara kau tak mampu menjawab tanya yang paling tanya pada separuh bimbangku.


ada sandiwara yang akan kau pentaskan dari panggung di dasar samudra, kau beri noktah di tiap kursikursi penontonnya. duh, entah siapa saja. apakah aku? yang jelas kau tak pernah lupa mengikat topeng pada muka-muka mereka, seakan mereka yang memakai padahal kau menyelipkan lupa dari sudut riasan rupamu.


duh, entah di setiap malammalam kita aku selalu belajar berhitung. giliran apa yang kau tampilkan sebelum lelapku terbawa kelam dan lelah


duh, rupanya ini pementasan yang belum ada judul


sby, 250609


Jumat, 22 Mei 2009

Bulir Kedelaimu, Jingga




semoga kau baik-baik saja, Jingga. kau tau? hanya kau yang selalu kucemaskan

: jingga

menggenanglah bulir-bulir seukuran kedelai dari pendar kelopak mata. dan gurat jingga lampu membias sekenanya di rona pipimu. aku yakin kau masih menyisakan agenda luka yang kau titipkan pada kicau burung. kemudian padanya kau perintahkan ia menebar biji-biji kedelaimu pada ilalang fajar. entah rupanya burung bukan pembawa kabar yang tegar seringkali ia khianat pada kupu yang ingin mengecup biji kedelaimu untuknya sendiri.


di sarang kupu, kedelai itu akan ditanam pada ladang gelas kaca-kaca, disuruhnya kuda donggala yang terkuat membajak setiap jengkal lahannya, diperintahkannya sang surya terbit berkala, dipintanya hujan luruh semestinya. entah kupu hanya bisa menunggu bulir kedelaimu yang luruh menjadi bakal biji yang sempurna. entah untuk luka, entah untuk apa.


sby, 230609



Rabu, 13 Mei 2009

Sebuah Surat Teruntuk Lingga


: Jingga


sebuah surat dikirimkan kepada Lingga hari ini. sebelum dibuka amplopnya yang marun itu, ia akan bertutur tentang sebuah kisah yang sangat panjang tentang sebuah kisah Yoni. marun dipetiknya dari darah yang mengalir dari tubuh Yoni, semarun amplop rindu yang terkirim itu.


Yoni patah, berlubang, penuh bopeng, karat, bekas muntah, kencing anjing bernanah penuh luka. kalaupun ada aturan bahwa sebuah Yoni harus lenyap karena dengki yang tertanam pada tanah pekuburan, tentu saja Yoni itu akan berlari menjauh pergi, menceburkan diri dalam pasang, menjelma menjadi karang tempat sarang ikan atau gurita. namun selalu ada bisik yang menjadi kekuatan, sekuat hempasan ombak yang berdebur di bilik hatinya.


Lingga membaca perlahan surat yang diberi penanda oleh Yoni hurufhuruf yang ia jerang dari langit senja, dilabur dengan kuas ilalang dan dihaluskan dengan kapur cadas perih yang lama ia pendam. ia sudah lama menanti perpaduannya setiap hari, jam, menit, bahkan detik. ia takut ketahuan apabila mengambil banyak-banyak. jadi ia cukup mencuri helai-demi helai setiap hari secara berturut-turut.


"Kepada Lingga,
kapan kau menjemputku dengan keranda, dan kukalungkan rindu pelukku melingkarimu rebah pasrah. Dan biarkan tempatmu berdiri sebagai pijakanku, dan tempatmu bernaung adalah langitku.


Kepada Lingga,
jangan lupa ada rindu yang perlu kau bayar ketika aku telah merelakan pelukku di luasan tubuhmu."


dan seperti biasa, Lingga melipat surat beramplop marun itu, kemudian membakarnya tanpa segan di tong sampah.


sby, 140509


Sebuah Sajak Pendek tentang Jingga



: jingga


beberapa helai jingga telah aku kirimkan padamu
wahai senja, mana yang kau pilih sebagai rindumu


apakah kau tahu, jingga yang mana rinduku?



Percakapan Ilalang tentang Jingga Senja



: Jingga


sebuah senja di taman daun telah menjanjikan sebuah kisah
percakapan ilalang dengan angin dan senja yang mengakar
sulur senja telah mencapai tebing menara pelangi
mengintip dari sela beton satu dan beton yang lain


percakapan ilalang berbicara pada angin
atas rindunya pada senja fajar yang mengakar
ia berbicara atas nama rindu yang selalu berbisik mesra
tatkala anak-anak daun mulai terlelap
dininabobokkan senandung layar dan angin dari dekat


percakapan ilalang selalu membawa-bawa rindu senja
kemana suka kemana mau, bahkan ketika hujan mulai
rimis mengguyur pinggiran kota dan senja enggan turun


percakapan ilalang selalu mengucap kalimat senja
dari bibirnya dari tepi tanah pekuburan yang akan didiaminya
bahkan ketika senja enggan turun akibat bercinta
dengan awan yang terlanjur dekat dengannya
lebih elok tentu dengan lembut seperti biasa


percakapan ilalang selalu cemburu dengan waktu
yang dengan seketika menghapus senja dengan kelam
yang erat memeluk langit, atau terik yang terlanjur
mengungkal ladang dahaga hati yang kerontang


percakapan ilalang kadang berbicara bahasa burung
yang serta merta menari pulang tatkala bersua senja
sementara ilalang hanya terdiam di tempatnya
mengikuti simponi berdansa sekenanya tak bisa
bebas melanglang buana layaknya tingkah burung
mengalungi senja dengan leluasa


percakapan ilalang selalu berbicara tentang senja
: yang rindu jingga


taman daun, 110509


Sabtu, 09 Mei 2009

Jingga Semalam


: Jingga


kau menggiringku ke tanah yang basah
oleh rindu yang menggenang di ceruk dadaku
hadir romansa fajar dari sela sisi jendela
menerobos dari peluk mimpi tidurku semalam


kau dan aku menjaga masa yang berbeda
kau menghadirkan jingga dari kelam
yang erat memelukmu pada langitmu


biasanya aku akan menitipkan peluk
pada deru angin dan bisik sapuan daun
karena biasanya hanya mereka
yang tak tidur seharian-semalaman


ah...
dan hujan fajar itu turun perlahan
membasahi gersang hati yang kerontang
di akhiran kau mengecup belah dahiku
dengan jinggamu


warnet gita, 08-090509



Rabu, 06 Mei 2009

Mencintaimu Sama Dengan ...


mencintaimu sama dengan
mengguratkan namamu di atas kanvas batu
kuas jemari pilu dan aliran tetes rindu

mencintaimu sama dengan
menutup hidung dengan jaring-jaring ikan
mengendarai sepeda di tengah kemacetan kota


mencintaimu sama dengan
menyantap istirahat dengan hidangan panas
di saat siang sambil mengusap peluh


sungguh lelah utuh penuh


rindu, 060509




Selasa, 05 Mei 2009

Lepas Senja Taman Daun



: jingga


kaki yang menjejak paving taman kota
membaur musik senja perlahan surut
ada nyanyi sorai koor anak-anak daun
lirih mengurai bisik angin ragu


sebuah pesan diterbangkan kepak burung
pulang ke sarang mengalungi jingga


sungguh jingga,
aku ingin menjadi burung-burung itu
merengkuhmu malu-malu dalam rindu
mengalungkan peluk ke luasan tubuhmu


sby, 050509
*taman daun


Sabtu, 02 Mei 2009

Otak-Otak Flashdisk



entah keusilan apa yang dirupakan Tuhan
sebatang flashdisk menjelma dalam otak
semacam otak portabel dijual kaki lima
dipasang-copot satu demi satu di kenop


entah keusilan apa yang dirupakan Tuhan
hingga otak menjelma semacam flashdisk
bongkar-muat arsip serupa masalah
semacam virus dan spam rentan


jangan-jangan orang meniru Tuhan
mencipta flashdisk serupa otak murah
atau otakku terlanjur picisan
: menunggu format ulang


sby,020509