Senin, 30 Agustus 2010

Lima Lembar Daun Akasia

Lima lembar daun akasia jatuh luruh dari tangkai menjamah sepatu kulitmu. Sepatu yang tersemir begitu mengkilap hingga satu-satu luruhan dedaun samar-samar terpantul bayangnya di sana.

Lima lembar daun akasia jatuh luruh dari tangkai menjamah sepatu kulitmu. Salah satu tertinggal tak mau menyentuh aroma tanah, tak rela jadi hara. Memilih kau bawa pulang, menjadi apa saja seperti penanda bukumu atau pengingat kenangan yang usang.

Satu lembar daun akasia tak mau jatuh luruh pada aroma tanah itu, aku.

Rabu, 18 Agustus 2010

Bayang Sungai Kenang




bias keemasan jatuh di tepi sungai
mengarak darah luka beberapa musim dulu.
kekalahan terbias di pantul riak kecipak,
beberapa jentik usil serupa kenangan.


tak seberapa luas genang alir sungai itu.
tak seberapa jelas geriap terkandung di dalam.
yang jelas, tak ada bayang lain selain rindu
masa setahun yang lalu.

Seekor Ikan, Pemutar Musik dan Kenangan Tentangmu

pada suatu ketika yang dulu,
kau bercerita tentang ikanmu,
tentang pemutar musikmu
tentang sebuah nama yang kau beri padanya


ikan itu tersapu gelombang airmata,
kemudian sebuah nama yang sama dengan ikanmu,
kau berikan pada pemutar musikmu.
lagi-lagi terhapuslah nada bahagiamu
oleh gelombang yang sama

: airmata

masih tentang pemutar musikmu yang kau beri nama
sesuai nama ikanmu yang tersia oleh gelombang airmata.
sesungguhnya aku ingin menggantinya dengan simfoni lagu tidur
untuk melelapkanmu dari penat sekian lama.

Senin, 02 Agustus 2010

Kepada Agustus : April yang terlambat


: penjaga Agustus

dedaun yang terlanjur manja pada rinai hujan yang cukup sepanjang tahun bahkan ketika agustus telah tiba mulai enggan berkompromi pada terik yang seharusnya datang saat april mulai menapakkan jejari hari-harinya di tahun ini.

mungkin musim yang keliru masa ini sejalan dengan perjalanan rindu yang semakin memupus seperti warna lembayung kemarau yang usang berpulang pada rumah salah bulan.
mengerling lah kenangan, mengerling lah waktu bercinta menggantikan jiwa-jiwa kosong sehabis lena tak ada daya tertinggalkan. semua reka menanti terselesaikan sekejap mata seiring usia yang surut suram digerus senja hidup seperti digariskan.

sungguh menunggumu adalah sebuah kesempatan lalu yang berangsur-angsur rela aku lewatkan meski mungkin menghabiskan terlalu banyak slot dan plot lembaran takdir yang terabaikan.

Sby, 31072010

Kepada Karet : Kau bertanya siapa dia


: a game

aku hanya mengatakan ia hanya selembar gambar yang mengisi masa laluku, kemudian kita membisu.

kepada karet, ada rimbun yang menyembunyikan kunci dan gembok di bilik dasar jantung kita. ada mutiara-mutiara yang terlanjur terselip antara lepas dedaunnya
kepada karet, roda-roda yang menggasak jelujur hatimu, merusak sepenggak harap yang kau punya. sungguh, ia hanya selembar gambar yang menghuni sudut kenangan. meski berulang kau tanya, jawabanku tetap sama, tak beda.

kepada karet, kita membeku tak ada yang mampu melumerkan karang di kerak jantung kita. bahkan gerimis yang terlanjur tiba-tiba mengguyur kotamu. meski aspal-aspal basah oleh rinainya, meski angin berebet ke arah laju motor kita, tak pernah ada yang tahu apakah rasamu juga basah kemudian mengering diterpa bayu.

kepada karet, kau dan kau memang pandai bermain rasa, dan jumpa dan pisah akan selalu terasa sama, seperti jangka peluk ku lingkarkan di pinggangmu.

yah dan sudut-sudut pikirku hanya coba menjawab, selamat datang pada sebuah permainan, dan kita mengakhirinya dengan indah dengan hujan basah yang tertahan yang akhirnya muntah senja itu.

smg, 29072010