Rabu, 29 April 2009

Akrobat Rindu

Kau di simpang seberang dengan tongkat bandul yang entah
Dan ku di sisi lain bimbang

Ada titian antara kau dan aku yang entah
ada jalan yang luang antara kita

Sepertinya kita memulai perjalanan yang entah
kau dan aku enggan

Biasanya pemeran seperti kau yang entah
sampai di sisi berikut atau kembali turun

Biasanya pemeran seperti kau yang entah
menumpu tongkat bandul itu berayun sesaat
: menuju sisiku

ada titian antara kau dan aku yang entah
aku merasa yakin ada atau enyah
bukan jalan bebas hambatan
sungguh hanya ruang kosong dengan beberapa bandul

Biasanya pemeran seperti aku yang entah
menoleh malu-malu ragu mengarah pada tetamu

Biasanya pemeran seperti aku yang entah
jadi semangat berkelana di ruang kosong ku dan mu

namun selalu saja entah
ada ragu dan takut di kunang mata kita
menatap nanar ujung bandul titian
mematung dan menuli antara kita

dan apakah memang benar dan entah
bagaimana kita mengakhirkan pertunjukan kita
abai menyeberang dan turun dari sisi-sisi kita
atau membuat catatan terindah
dengan sahutan sorai di otak kepala
: kita menuju sisi kita

Sby, 300409

Selasa, 28 April 2009

Jingga yang Fajar




jingga,
padahal kau telah meminangku dalam senja
entah mengapa aku masih dahaga

jingga,
sebelum aku terlelap kau layangkan pesan surat
"aku jaga kau dengan selimut pelukku, dan biarkan
mantra kecup jadi do'a sebelum tidur"
kemudian kau di sisiku
menyalakan dian kecil untukku dengan ribuan bidadari
menjaga dari senyap malam gelap

jingga,
kau begitu erat memeluk kelam
dan aku begitu memuja oranye nillamu
maka bolehkan aku menyimpan sekerat ronamu
memelukmu malu-malu dalam bisu langit mayaku

entah berapa lama aku telah terlelap
kau menungguiku dengan jurai kunang mata kuyu
maaf aku terlalu bersemangat rindu cemas menantimu
hingga lelah lalai sesaat
biasmu menyelusup hangat dari sela kelopak mata
sementara mimpiku belum terjaga

ada kecup hangat kau tinggalkan
mengetuk rongga sadarku sesaat
kita bersua saat seru pertama fajar mencumbu rindu

ah jingga
maukah kubisikkan sebuah pesan balasan buatmu?
mungkin marutha fajar sedia menjadi pengantar
"jingga, kau telah berenang-renang dalam otakku
selama kau mau"


Sby,280409
*memeluk rindu padamu jingga...

Minggu, 26 April 2009

Jingga yang Senja













kita mencoba berpiknik di suatu senja
katanya, senja di sini senja yang paling jingga
kita mendaki gunung duka payah lelah
lalu berjalan menuruni sedepa lembah bahagia


setelah sampai di suatu dataran
kita menggelar tikar kenangan
tanpa ragu ku tuang rindu dari teko bekalku
ada bekal sekotak rasa malu di tepakmu
kita menyantap bulat-bulat rasa
entah manis, entah masam, entah pahit


jemarimu mengukir penanda di raut muka
menanggalkan sebuah kecup antara kelopak mata


ah jingga
selalu saja kau meninggalkan dia di sebuah ceruk
lingkar lehermu yang ku gapai dengan lingkar pelukku


ah jingga
selalu saja kau adalah jingga yang paling jingga
jingga yang paling senja
menyandarkan lelahku pada lapang dadamu
menikmati bekal rasa kita berdua
sehabis berkelana denganmu
: jingga


sby, 270509

Kamis, 23 April 2009

Fayakun
















Fayakun
jadilah kita dari serombongan nutfah mencari sela di selubung gua
dan gua itu suci. tak ku ijinkan maki atas benih yang menepil
sempurna di atasnya.


Fayakun
jadilah hati merah muda dari luncuran ludah menyembur di peluk dada
ada rindu yang coba kau lunasi segera. entah. apakah ada apakah tiada


Fayakun
maka mata tak jadi soal, kita memuja dengan kata. dan mata akan hilang
daya tergelincir di jurang patahan hujan


Fayakun
dan jadilah kita mengeja satu-satu nama, melukis rupa pada awan yang
entah sama entah beda. kita hanya mampu menduga.


sampai kapan kita temu muara



Rabu, 22 April 2009

Kau


: kau


sajak yang sukar ku baca
sulit ku temui
rumit ku cari arti
bahkan setelah menang sayembara
sebesar satu juta

Kamis, 16 April 2009

Pesan Setelah Hujan




: lelaki lukaku


ingin sekali aku menjadi pencuri
pencuri air hujan hatimu yang kuyup
menampung setiap tetes dalam gelas kaca


biar kuurai dalam buku catatanku
semua cerita yang menunggu dikisahkan
baju-baju luka yang kau sandang


aku yakin setelah itu
handuk-handuk akan terjejer di tiang jemuran
sehabis mengusap sembab indung kelopak matamu


kemudian kuguratkan ujung pensilku
mengabadikan sebuah penanda baru
: lengkung terbuka ujung bibirmu


sby,170409


Minggu, 12 April 2009

Entah, Bagaimana Aku Harus Menuliskan Pesan Padamu...


: lelaki lukaku


entah bagaimana aku menuliskan pesan padamu
karena begitu aku tulis pesan itu, aku akan
selalu menghapusnya dengan kata yang sama
: kau selalu berhenti menandai titik padanya


entah bagaimana aku harus menuliskan pesan
karena begitu aku tulis pesan itu, aku akan
selalu menemuimu dalam jaring laba-laba
: kau berputar pada jalan yang entah


entah bagaimana aku harus menuliskan pesan
karena begitu aku tulis pesan itu, aku akan
selalu jengah, kita bicara bahasa yang entah
: kau sembunyi di balik kurungan puring rokmu


entah bagaimana aku harus mengakhirkan
menuliskan pesan padamu, yang entah mungkin
memperhatikanku atau bahkan tidak sama sekali,
yang entah bahkan kau sendiri abai pesanmu


mungkin aku telah memikirkan kata pertamanya,
yang entah kau menganggapnya penting atau tidak,
atau entah kau belokkan arahnnya, atau entah
kau kacaukan putarannya, atau entah kau balikkan
tujuannya, atau entah...


entah...
mungkin cara kita memang hanya onggok sampah
picisan bincang-bincang tak bermuara
berakhir...


ah entah...
aku bahkan enggan memandangi langitmu (lagi)


sepinggan, 130409


*di negeri yang entah, di sakit yang entah,
di benci yang entah, di lelah yang entah...


ladang

: lelaki lukaku


kepada ladang gersang
tumbuhkan airmata
pada ceruk paling dalam
: garis baret kenangan

sby, 130409

Senin, 06 April 2009

Percakapan Musim Tanjung



: penunggu musim



pejalan,
ingatkah kau wangi tanjung
pada bunga pertama yang mekar di malam itu
kau sematkan satu tanya
"gerangan kuncup akan mekar utuh?"


jawab bunga tanjung,
pada bulan merah jingga
getah batang yang mengering
atau kayu yang menambahkan lingkar usia


hujan ini belum reda, pejalan
tanah masih basah
janji yang kau gantung pada
pucuk dahanku belum kusentuh abai


janji tanjung :
aku akan mekar saat hati merah muda


sby, 070409


Sabtu, 04 April 2009

Kembang Gula

: cinta

ahhh...
mungkin dari jurai tawa sedari tadi
ada lesung manis aku sembunyikan di balik bantal
aku bagai kanak-kanak
bermain petak umpet dengan ibu
sehabis membeli setangkup kembang gula
: manis tawamu

Sby,040409