Rabu, 02 Desember 2009

Maaf, Tak Ada Sajak


maaf, tak ada sajak hari ini yang kubacakan, kubisikkan maupun kudesahkan pada malammu. tak pun juga malammalam sesudahnya. sesudah tirai-tirai kita tersingkap, dan kita hanya menemu wajahwajah pasi bergincu, bermuka tebal namun tanpa rasa, tanpa emosi.

maaf, tak ada sajak hari ini yang kubacakan, kubisikkan maupun kudesahkan pada malammu. tak pun juga ketika kau menghidu embun di pelataran kamar singgahmu. sesudah kau terlelap penat sekejap menanti seru sepertiga akhir malam, kemudian kau tunaikan sholat setelah membasuhkan tirta suci yang kau kumpulkan dari do'a sedari pagi hingga sore menunggu kau sebut saat itu. aku tak pernah ingkar janji, namun kau tak pernah menandai harapmu atasku di sana. tak satu aksara, apalagi kata. Sebuah namaku.

maaf, tak ada sajak hari ini yang kubacakan, kubisikkan maupun kudesahkan pada malammu. tak seperti malam-malam sebelum ini, aku menemanimu berdiri di sisi lain jendela, mengendap-endap bermain matamata, sesekali menelikung senjamu, jinggamu. entah mengapa, warna itu tak pudar, belum lekang, nyaris tanpa terganti.

maaf, tak ada sajak hari ini yang kubacakan, kubisikkan maupun kudesahkan pada malammu. ini seperti kesalahan masa lalu ku. kenangan yang menghisap erat hidupku, terjebak, berontak namun siasia, tanpa daya. aku hanya bisa memfosilkan rindu pada benda-benda bisu, pada dinding kamarku, pada langit-langit, pada lantai marmer, pada potonganpotongan gambar beku, pada jalan abu-abu. semua berkelebat cepat dalam otak menunggu giliran diputar mendesak ngilu. tak ada pembebat, tak ada pil penawar, namun raga terlanjur kelu.

tak ada sajak hari ini yang kubacakan, kubisikkan maupun kudesahkan pada malammu. karena untuk apa? kau tak pernah membaca, tak pernah merasa, tak pernah menjeda. jadi sajakku hanya kumpulan angin yang menanti balon-balon nasib menjaringnya. menjadi penghibur kanak-kanak yang lolos lepas. kemudian terkapar panas. Dan...

DHUAR...

meledak seketika.

301109

Tidak ada komentar: