Minggu, 20 Juni 2010

Sekumpulan Surat yang Tak Terbaca


Kepada Jingga :

Aku tak pernah tahu kepada siapa lagi hati ini akan termiliki. Setahun yang lalu aku menyusun puluhan bahkan hampir berbilang ratusan surat rindu untukmu. Entah kau membacanya atau tak. Aku tak peduli. dan sampai kini aku masih mengumpulkan lagi dan lagi.

Aku tak pernah tahu kepada siapa lagi hati ini akan termiliki. Dua tahun yang silam aku sama sekali abai padamu. Beberapa surat yang kutahu hanya kukirimkan pada angin. Dulu aku hanya mereka-reka surat-surat itu. Dan setelah aku mengenalmu, membaca seluruh cerita hidupmu aku belajar menulis beberapa pucuk surat untukmu. Beberapa aku kirimkan dengan berani, beberapa kukirimkan padamu tanpa nama, beberapa hanya aku sampaikan pada sahabat karibku, dan beberapa harus ku pendam sendiri.

Aku tak pernah tahu kepada siapa lagi hati ini akan termiliki. Bahkan dalam surat-surat itu aku selalu menuliskan penandamu. Sekadar untuk mengingatkan bahwa tak pernah ada baris kenangan yang putus ataupun terlupa tentangmu. Aku menyebutnya sebagai memoar singkat tentang sebuah ingatan.

Aku tak pernah tahu kepada siapa lagi hati ini akan termiliki. Hanya beberapa tahun aku mengenalmu aku sanggup mengeja beberapa huruf, menerjemahkan bahasa cuaca yang lewat di kotaku. Ketika kau datang padaku beberapa bulan yang lalu, kita merekam beberapa potongan gambar dalam ingatan kita, ingatanku mungkin. Ah benar, mungkin kau juga sudah melupakan.

Aku tak pernah tahu kepada siapa lagi hati ini akan termiliki. Beberapa bulan yang lalu kau membuatku luka nganga. Siapa dia? Namun tetap saja aku tak pernah putus memenggalkan beberapa bait rindu yang tersisa dari beberapa hujan yang kutangkap dari perihku. Aku tak pernah tahu sebenarnya untuk apa. Meski beberapa teman menyarankanku untuk berhenti memikirkanmu, perlahan-lahan mengikis kenangan itu, namun aku tahu dan ku yakin kau pun tahu. Aku tak mungkin pernah bisa.

sby, 20062010 Ditulis sekitar sejam yang lalu · ·

Tidak ada komentar: