Sabtu, 29 Agustus 2009

Di Situ, di Taman itu, Aku Menunggumu

: Jingga


apakah aku pernah bercerita padamu tentang taman yang selalu menunggumu?
senja merayap masuk dari sela semak belukar, akar pepohonan yang tersembul
kelindan pijar kerlip lampu yang satu persatu membias mewarna sudut sudut


aku tak perlu kusam bangku taman, sayang
cukup luasan dadamu, rebah kepala bersandar
hingga cukup dekat, sangat dekat dengan debur jantungmu
kalau aku beruntung aku mungkin bisa mendengar
sorai degup meneriakkan namaku berpacu dengan angin malam itu


apakah aku pernah bercerita padamu tentang taman yang selalu menunggumu?
tentang paving yang mengeras tegar menantang panas dan hujan
dan garisgaris tetak patok yang memisah jarak satu dengan yang lain


itu kepala kita, sayang
menggenggam kata yang kita peram dalam
tiga kata, sayang
dan kita masih enggan membuka satu demi satu selubung sebelum matang


apakah aku pernah bercerita padamu tentang taman yang selalu menunggumu?
ketika terang habis dilumat awan malam
burung mengintai kita di langit, rikat laju sayapnya
biarkan mereka mencibir iri bersungut-sungut pulang
kemudian rombongan yang lain datang
nyamuk liar yang berdengung denging merindu wangi aroma bahumu
: seperti ku


apakah aku pernah bercerita padamu tentang taman yang selalu menunggumu?
kita mendiami belah kota yang berbeda, menyusuri punggung jalan tak sama
kalau kau singgah suatu saat entah, suatu waktu mungkin
tengok saja di situ, di sudut taman kota itu
saat siluet senja mula memudar dan rambang


ada yang menunggu di situ membawa rindu
: aku


sby, 290809


Tidak ada komentar: