Kamis, 31 Desember 2009
Dari Sebuah Kolam
: lelaki-ku
kolam terisi penuh banjiri hati
keruh pikir terendam kedalaman
kau ikan, berenang kecipak kesana-kemari
luapkan rasa ketika hujan datang
daun-daun kering
penanda musim usang
lumut menghijaui plester tepian
pantulan matahari
bias rembulan
: jatuh
kolam ceritamu tak kunjung kering
Jumat, 18 Desember 2009
Penghujung Tahun
: Kepada peristiwa-peristiwa
apa yang terhidu dari penghujung tahun?
pendar bulan apus memucat pasi
konon, ada janji dititipkan pada angin
dihembuskan ke mana suka, ke mana mau
ada gadis di sana
otak dan rasa diikat rindu
seperti yang sudah-sudah,
bibirnya menggantung harap
: kau akan datang
penghujung tahun selalu meninggalkan jejak
pijak kaki kenangan tiap sudut kota
"kau merasa asing,
namun aku tidak " begitu kataku
terang saja,
ini seperti merunut bunga tidur
sejelas petak kapling masa
membentuk alur
dan kita tinggal membaca
"aku terlanjur menutup telinga, sayang"
"inilah luka" begitu katamu
langkah usia memudar
momen mengusang
terbukukan gurat keriput senja
bukankah cinta, fiksi abadi?
ego menjadikan imaji
Sesudah Temu
: lelaki hujan
akankah kita berlarilari rindu menjemput hujan yang turun di kotaku
sudut kelopak mata mengering kemudian terisi penuh
kita membuat jejak kecil bersama di atas lumpur basah hujan
gerimis haru kuingin rasa di penghujung tahun
: sesudah temu saat itu
Otak Bebal dan Hujan yang Enggan Turun di Kotaku
aneh...
tiba-tiba aku lupa cara merindumu?
bukankah kemarin pagi kau masih ombang-ambingkan aku?
aku hanya daun kuning menunggu jatuh
takhluk jingga kemaraumu
saat hujan enggan turun di kotaku
mungkin...
akan ada hujan baru?
pelangi menyelusup tanpa hujanmu?
yah...
mungkin itu pelangi nakal
sesekali meriapkan warna rindu
dulu kau lupa
melewatkan bagian warna di sana
hingga tiba dewa-dewa melaburkan cerianya
namun entah
seperti yang sudah-sudah
hujan enggan turun di kotaku
dan otak bebal masih di sana
: menunggumu
Selasa, 08 Desember 2009
Splash of Raining Memories (Percik Kenangan Hujan)
raining outside my window
woke me up
reading your sweetest poem
is your longing try to came in?
this smell is just so close
so close with you...
but I've never see you again
drawing a kind of a piece of memories
: we run out
with pairs of confusing hearts
rain...
so much pain
a cup of memories and you
what a wonderfull mourn
=============
hujan di balik jendela
membuat terjaga
membacai sajak termanismu
apakah rindumu ingin lolos menerobos masuk?
aroma ini terasa dekat
sangat dekat denganmu
tapi tak kutemui lagi kau di sana
melukis lembar-lembar warna kenangan
: kita menghindar lari
bersama mengantongi sepasang hati bimbang
hujan...
terlalu banyak lara
kau dan secangkir kenangan
betapa eloknya duka
sby, 081209
Rabu, 02 Desember 2009
Kepada Bulan yang Tengah Mengembang
kepada bulan yang tengah mengembang
membopong kenangan jatuh ke pelukan
sinar jingga keemasan berpendar
mengolok memerosokku dalam rindu
jurang luka suka lebur jadi satu
langit hitam mengurungku
kau di sana menggoda
selesaikan dulu tugasmu
beban kau panggul di tengah bulan
dan ketika sinarmu jatuh mati
jangan gentar aku datang menyusulmu
memapahmu, mendekapmu.
: aku masih lautan, muara sinarmu.
021209
Pada Suatu Ketika Bernama, Pisah
status-status terpanggang
lalu terkikis hujan
hilang
: direnggut Tuannya
ialah kepada
sekuntum anyelir jingga* pudar
berganti kuning
sby, 011209
* arti bunga...
Maaf, Tak Ada Sajak
maaf, tak ada sajak hari ini yang kubacakan, kubisikkan maupun kudesahkan pada malammu. tak pun juga malammalam sesudahnya. sesudah tirai-tirai kita tersingkap, dan kita hanya menemu wajahwajah pasi bergincu, bermuka tebal namun tanpa rasa, tanpa emosi.
maaf, tak ada sajak hari ini yang kubacakan, kubisikkan maupun kudesahkan pada malammu. tak pun juga ketika kau menghidu embun di pelataran kamar singgahmu. sesudah kau terlelap penat sekejap menanti seru sepertiga akhir malam, kemudian kau tunaikan sholat setelah membasuhkan tirta suci yang kau kumpulkan dari do'a sedari pagi hingga sore menunggu kau sebut saat itu. aku tak pernah ingkar janji, namun kau tak pernah menandai harapmu atasku di sana. tak satu aksara, apalagi kata. Sebuah namaku.
maaf, tak ada sajak hari ini yang kubacakan, kubisikkan maupun kudesahkan pada malammu. tak seperti malam-malam sebelum ini, aku menemanimu berdiri di sisi lain jendela, mengendap-endap bermain matamata, sesekali menelikung senjamu, jinggamu. entah mengapa, warna itu tak pudar, belum lekang, nyaris tanpa terganti.
maaf, tak ada sajak hari ini yang kubacakan, kubisikkan maupun kudesahkan pada malammu. ini seperti kesalahan masa lalu ku. kenangan yang menghisap erat hidupku, terjebak, berontak namun siasia, tanpa daya. aku hanya bisa memfosilkan rindu pada benda-benda bisu, pada dinding kamarku, pada langit-langit, pada lantai marmer, pada potonganpotongan gambar beku, pada jalan abu-abu. semua berkelebat cepat dalam otak menunggu giliran diputar mendesak ngilu. tak ada pembebat, tak ada pil penawar, namun raga terlanjur kelu.
tak ada sajak hari ini yang kubacakan, kubisikkan maupun kudesahkan pada malammu. karena untuk apa? kau tak pernah membaca, tak pernah merasa, tak pernah menjeda. jadi sajakku hanya kumpulan angin yang menanti balon-balon nasib menjaringnya. menjadi penghibur kanak-kanak yang lolos lepas. kemudian terkapar panas. Dan...
DHUAR...
meledak seketika.
301109
Rindu Kita
sepanjang musim mempertemukan
maka sejauh itu perjalanan menemu coba
maka biar lah rindu tertebar
menemu jalannya sendiri
memutuskan takdirnya
: tumbuh atau lampus
(291109)
Matamata (2)
sangat penat menjengkal titian kau dan aku
matamata kehilangan daya menantang mentari
kita terlanjur menutup mata bukan?
karena luka menusuk salah satunya
kita seperti kehilangan separuh jiwa
mata kita masing-masing terpicing satu
maka biarkan kau menjadi mataku
dan aku menjadi matamu
lengkaplah kita
sempurna
meniti jengkal jalan seterusnya
: kau dan aku
sby, 291009
Sebuah Coretan Saja : Untuk Lelaki Api
: lelaki api
katakan aku menjadi batu
maka aku menjadi batu
tahan menunggumu
katakan aku menjadi ilalang
maka aku akan menjelma ilalang
tegar menuruti laju anginmu
katakan aku menjadi matahari
maka aku akan merupa sang surya
hangat menaungimu
katakan apa saja yang kau mau
asal jangan minta aku mewujud air
: membenci api mu
281109
Mengganti Langit
ah kemarin, sebelum terlelap
ada nama kuukir di dinding kamarku
pada tembok sewarna salju
dengan butiran es luluh oleh penatahku
huruf-huruf yang lebur menyatu
nanti sebelum aku tertidur
di sujud pertamaku
saat jingga merekah
boleh aku titip pesan, Tuhan?
ganti kelambu langitmu
jangan ada jingga
bakar kalau perlu dengan api merah menyala
dengan bara yang nganga
dan langit kosong itu
tutup lah ia dengan karpet langit salju
berbordir namanya yang beku
241109
Matamata
matamata ini senantiasa mematamatai matamata mu yang nanar
menatap matamata beranda seperti matamata kenangan ruam
matamata mu mata elang tajam menembus matamata hatiku
pekat sepekat matamata sinar lorong gua yang hitam kelam
matamatamu akan kah menemui matamata ku
saat penanda matahari menunjuk pada matamata janji
matamata mu kutunggu menemuiku di sini
meneduhi matamata jiwa yang gersang hampir mati
: matamata rindu yang menggebu memandangi matamata mu
221109
Rendezvous dalam Setangkup Hujan
: E.S.Y*
masihkah kau ingat, sayang.
hari itu hujan guyur perumahan kita
beberapa tangkup jelaga atap luruh
kita belum genap sepuluh
kadang masih meronta pada ibu
meratap harap beberapa tusuk gula-gula
setelah dapat,
lidah tak henti menjilat tiap senti manisnya
kau selalu di sana
duduk melipat lutut mensedekapkan raga
mengusir beku hujan dari tubuh
aku di sampingmu,
meminjam bahu menyandarkan kepala
ketika hujan agak deras
dan gula-gula lepas dari genggaman
kau tarik tanganku menemui hujan
dan kita basah
kanak-kanak kita meleleh bersama derainya
tangan-tangan kita menadah hujan
menjejak pijak kaki memburai kecipak
hingga reda
sayang,
hari ini hujan datang ke perumahan
dan seperti tiap kedatangan hujan
tangan-tanganku tengadah menadah aliran
memanen masa kecil dalam kenangan
hingga deras reda
dan gerimis hinggap
seperti itu pula rindu masa lalu
: menunggu henti surutnya hujan
221109
masihkah kau ingat, sayang.
hari itu hujan guyur perumahan kita
beberapa tangkup jelaga atap luruh
kita belum genap sepuluh
kadang masih meronta pada ibu
meratap harap beberapa tusuk gula-gula
setelah dapat,
lidah tak henti menjilat tiap senti manisnya
kau selalu di sana
duduk melipat lutut mensedekapkan raga
mengusir beku hujan dari tubuh
aku di sampingmu,
meminjam bahu menyandarkan kepala
ketika hujan agak deras
dan gula-gula lepas dari genggaman
kau tarik tanganku menemui hujan
dan kita basah
kanak-kanak kita meleleh bersama derainya
tangan-tangan kita menadah hujan
menjejak pijak kaki memburai kecipak
hingga reda
sayang,
hari ini hujan datang ke perumahan
dan seperti tiap kedatangan hujan
tangan-tanganku tengadah menadah aliran
memanen masa kecil dalam kenangan
hingga deras reda
dan gerimis hinggap
seperti itu pula rindu masa lalu
: menunggu henti surutnya hujan
221109
Langganan:
Postingan (Atom)